Kicau burung
yang kau bicarakan, ia sudah mulai terdengar di telinga. Ia tak sendiri, ia
bersama dengan teman yang lain, sehingga kicauan itu terdengar nampak indah.
Dedaunan yang hijau telah basah oleh embun yang hinggap di tubuhnya, ia kembali
segar.
Namun, di celah-celah keindahan yang mulai nampak, tiba-tiba
ada suara yang menggetarkan telinga… Kringgg…
kring… kring… dan ia masih terlelap
dalam mimpi, hingga untuk yang kedua kalinya ia terbangun dari mimpi itu… Kring…. Kring… kring.. dengan mata yang
masih terpejam, dan kondisi yang belum tersadarkan, ia segera mengangkat dering suara yang menggetarkan itu… “Halo… Assalamu’alaikum…”
“Wa’alaikumussalam
wr.wb… hei, kau belum terbangun ,
padahal sebentar lagi mentari nampak di pelupuk mata, sudah jam 04:30 ini… ayooo bangun,
pastilah kau
belum shalat.. ” suara itu jelas sekali terdengar di telinganya, sehingga ia
langsung terbangun dari tidurnya.
Yang semula terbaring langsung beranjak duduk. Dan dengan suara yang datar ia menjawab, “iya
kak… Rara belum shalat… tumben kak
Redho menelpon Rara pagi-pagi sekali,
ada apa kak?” karena biasanya Redho hanya menelpon adik kesayangannya ketika
menjelang sore, setelah banyak tenaga yang menguras tubuhnya. “Iya Ra, nanti Rara bisa jemput
kak Redho di bandara? Jemput sekitar jam 05.30.”, dengan suara senang dan
meyakinkan, gadis kecil itu langsung menjawab “kak Redho pulang ke jogja?” (Ra… Rara… suara ayah yang selalu membangunkannya) dengan suara
meyakinkan, pemuda itu menjawab “iya Rara… nah, sepertinya papa sudah membangunkanmu.
Ayooo… buruan shalat.. jangan lupa. Jemput kakak. Assamu’alaikum adik
sholihah…” karena kakaknya sudah mengakhiri percakapan dengan salam, maka mau
tidak mau ia harus menutupnya dengan salam pula. “wa’alaikumussalam wr.wb. oke”
percakapan pagi itu langsung berakhir. Ia menutup telponnya dan kembali
meletakkannya di atas dipan. Dan panggilan ayahnya pun kembali datang “Ra…
Rara… bangun…” suara orangtua itu terdengar jelas di bawah tangga… “iya pa….
Rara sudah bangun. Ini mau shalat…” (suara
lirih hati ayahnya pun berkata: tumben sekali anak itu
sudah bangun,).

“jangan
teriak-teriak Ra, kasihan tetangga yang masih istirahat..” ayahnya berbicara
sambil tertawa kecil. Tanpa melihat ayahnya dan tetap berlari ia
menjawab “iya pa, Rara lupa...”
Bagaimana ia
tidak bersorak ria… kakak yang ia rindukan, kakak yang selalu menjadi tempat ia
bercerita kini pulang ke rumah yang bercahaya itu. Karena semenjak ia ditinggal
kakak tersayangnya untuk melanjutkan study-nya
di kairo, ia
tidak pernah bisa bercerita lama di telpon. Sekarang ia bisa bercerita lebih
lama…
Karena tak membutuhkan waktu yang lama untuk menunggu gadis kecil itu
siap-siap, jadi mereka bisa menjemput tepat waktu. Selama diperjalanan ia tak banyak
bicara, karena ia terlalu disibukkan dengan mata yang tertuju pada suasana lalu
lintas di pagi hari. Sesekali ia bertanya kepada ayahnya yang sedang menyetir,
bertanya hal-hal yang tak ia mengerti seperti “pa, kenapa pagi-pagi buta kayak
gini udah banyak yang kesana kemari?” bukan ayah yang akan menjawab pertanyaannya
kali ini, melainkan sang ibu”karena pagi-pagi seperti ini suasana yang bagus
untuk melakukan aktivitas, udaranya masih segar, Ra..” gadis kecil itu hanya
mengangguk kan kepalanya, tanda ia sudah mengerti dan kembali melihat suasana
disekitarnya.
Tak terasa, perjalan yang membutuhkan waktu 30 menit itu, akhirnya sampai
juga. Karena tak sabar ingin berjumpa dengan kakaknya, ia bersegera turun dari
mobil dengan raut muka yang begitu cerah, dan mereka berjalan kearah pintu
keluar penumpang, sesampai di pintu keluar gadis kecil itu menoleh kekanan dan
kekiri, mencari kakaknya “Pa, sekarang jam berapa pa? Kok kakak belum
keluar-keluar” belum lama ia bertanya kepada ayahnya, kakak yang dinanti pun
tiba. “itu kak Redho...” ujar ayahnya. Tanpa berkata-kata lagi, ia langsung
berlari kearah kakaknya “Kak Redho.........” ia teriak seolah-olah tak ada siapapun
di sekitarnya. “Rara sholihah...” kakaknya mejawab panggilan adik
kesayangannya, rasa rindu itu serasa hilang sejenak saat melihat raut muka
kakaknya. Peluk dan salam dibandara itu merupakan salah satu simbolis bahwa sekeping
rindu itu tengah terobati.
~Rindu Azzahra~
No comments:
Post a Comment