Thursday, 6 November 2014

Ia tidak akan jatuh jika tak ada yang menyandungnya

Di sudut kota yang ramai, tepatnya ditaman dan kerumunan orang yang sedang melakukan aktivitas, terdapat dua insan yang sedang bercakap...

Tak lama... pemuda itu langsung membuka topik percakapannya “Dari barat kudengar kicauan burung menyampaikan kata-katanya kepadaku, jikalau kau adalah seorang –Akhwat yang tangguh-, apakah benar saudaraku?... (gadis kecil itu membisu sambil menatap rumput di bawah kakinya) Mungkin aku harus bertanya berulang-ulang kepadamu. Apakah benar engkau seorang –Akhwat tangguh-? (kali ini ia masih tetap membisu).. Jawab saudaraku, jawab... tataplah mata kakakmu ini, jika kata-kata itu benar. Kenapa engkau hanya diam? Kenapa engkau tak menjawab satu patah kata pun?”

Karena tak tega melihat adik kesayangannya terus menjatuhkan air mata, ia sejenak menghentikan kata-kata yang keluar dari bibirnya seraya memeluk adiknya. Setelah sekian lama membisu, akhirnya gadis kecil itu menjawab pertanyaan kakaknya. Sebenarnya dari tadi ia ingin mencoba menjawab, tapi lidahnya kelu untuk berkata-kata. Hanya tangis yang mampu menjawab pertanyaan itu. Dan ketika saudaranya kembali bertanya untuk kesekian kalinya... baru ia bisa mengangkat bibirnya.

“Iya kak, Rara hanya mencoba memperbaiki sikap Rara, sama seperti kakak yang tengah berjuang memperbaikinya”.

Kakak yang tidak jauh beda usianya dengan Rara tersenyum ketika mendengar jawaban adiknya. “Kita sama-sama berjuang Ra, sama-sama berjuang di jalan Allah, untuk mengapai Ridho-Nya, sekarang apa yang membawa akhwat tangguh kakak menginginkan bertemu dengan kakak? ” (Redho tersenyum sambil menatap adiknya)

“Kak....” suara gadis kecil itu tersekak sejenak bersama tangis, untuk kemudian itu ia melanjutkannya lagi. “Kak, benarkah Allah sedang menguji Rara?” tatapan itu sudah tak melihat rumput, ia sudah beralih kepada pemuda yang ada disampingnya. Kembali senyum itu yang manyapa hangat Rara “Allah itu selalu menguji hamba-Nya, menguji untuk menaikan kadar keimanan hamba-Nya, menaikkan level, dan menguji seberapa kuat ia bersabar dan ikhlas menerimanya. Kenapa Rara tiba-tiba bertanya seperti itu kepada kakak? apakah Rara sedang di uji oleh Allah? Kalau boleh tau, Rara di uji dengan apa? UTS kah? Haha..”(ia sedikit menghibur adiknya).

Dengan wajah yang penuh tanya dan mengharap jawaban kakaknya, ia berlirih sambil mengusap air mata yang jatuh di pipi meronanya “Rara salah ya kak, kalau Rara membuat jatuh cinta orang?” sejenak kursi kecil itu di isi dengan tawa “kenapa kakak ketawa? ” ia bertanya lagi ketika melihat kakaknya tertawa mendengar pertanyaannya.

Sambil mengusap kepala adik kecilnya, pemuda itu berlirih “Ohhh... jadi ini toh yang membawa burung itu menyampaikan kata-katanya. Baiklah Rara, kakak ingin menjawab pertanyaan Rara. Tapi sebelum kak Redho menjawabnya, kak Redho ingin bertanya kepada Rara, apa yang membuat ia menyukaimu?” dengan wajah yang tidak mengerti ia hanya menjawab “entahlah kak.. Rara pun tak mengerti..”
“lantas darimana Rara tau, jikalau ia menyukaimu?”
“dari orang yang menyampaikan kepada Rara, kak...”
“Hanya, sebatas itukah?” pemuda itu berlirih sambil menatap adiknya.
“Iya kak...” ia hanya menjawab dengan singkat
“Rara jangan mudah percaya kepada orang yang menyampaikan kata-kata itu. Karena bisa jadi, kata-kata itu untuk dirinya sendiri. Pada hakikatnya orang jatuh cinta itu hanya ada dua pilihan, mengungkapkannya secara langsung atau tidak sama sekali. Sekarang, mana yang Rara rasakan?” senyum dan tatapan itu beralih ke Rara yang kembali menundukkan matanya kerumput.
“Rara tetap saja tidak tau kak... tohhh ia tidak pernah mengungkapkannya secara langsung. Namun Rara merasa ada yang beda dari cara ia berkomunikasi dengan Rara.” Tatapan itu sudah tidak menunduk lagi, ia telah terbangun, dan seketika melihat wajah kakaknya.

“Aduh adikku sayang, adikku malang... katanya akhwat tangguh, kenapa kau malah menangis dengan itu.. dasar orang aneh. (kata-kata yang selalu dilontarkan kepada Rara), Rara tidak salah sayang.. karena kita tidak bisa menyalahkan Cinta....  Baiklah, tadi ada dua pilihan. Pertama, orang yang mengungkapkan secara langsung baik dengan berbicara langsung atau melalui perhatian yang ia lontarkan kepada Rara. Kedua, ia tidak mengungkapkan, bahkan Rara tidak bisa mengetahui apakah ia menyukai Rara atau tidak. karena orang yang seperti ini, ia yakin bahwa hanya Allah yang ada dihatinya, dan cukup bagi Allah untuk memberi apa yang ia harapkan, tanpa harus ia melontarkannya.”

Sejenak percakapan itu lenggang. Untuk kemudian dilanjutkan dengan tarikan nafas Redho yang cukup panjang, “Bisa jadi yang Rara hadapi sekarang adalah kategori pertama, Rara tidak bisa memahami, apakah ia menyukai Rara atau tidak, karena ia tidak mengungkapkannya secara langsung, tapi Rara merasa ada yang beda dari cara ia berkomunikasi kepada Rara. Nah...kategori ini yang harus Rara perhatikan baik-baik. Terkadang kita merasa bahwa komunikasi kita dengannya baik-baik saja, tapi sebenarnya tidak. ada yang menyelinap di balik komunikasi itu. Ada virus yang sedang merajalela bersama aliran-aliran darah. Karena tidak mungkin seseorang itu jatuh jika tak ada yang menyandungnya. Maka, kita sendiri yang harus pandai menyikapinya. Cinta itu fitrah Ra, kita tidak bisa menyalahkannya. Namun, ada hal yang harus kita perhatikan yaitu perilaku kita, terkadang memang tak kita sadari, bahwa perilaku kita sudah membuatnya jatuh. Interaksi yang harus di tekankan disini Ra, bagaimana cara kita menjaga interaksi itu, bagaimana cara kita mengimlementasikannya. Syaitan itu selalu bersama kita, ia memiliki tugas untuk selalu menjerumuskan kita. Namun... kembali ke diri kita, bagaimana cara kita menyikapinya, melawannya dengan dzikir-dzikir yang selalu kita lantunkan. Sekarang coba Rara renungkan, apakah Rara sudah bersikap yang semestinya bersikap?”

Masih dengan menatap rumput ia berlirih “kayaknya belum kak...”
“Nah... kalau belum, mari perbaiki sikap. Bukankah Rara ingin memperbaiki sikap... Rara pernah lihat puteri malu kan? Coba kita mengambil ilmu yang ada di dirinya. Ia tidak akan menutup, jika ia tak disentuh oleh orang lain, tubuhnya dilindungi dengan banyak duri, bunga yang cantik, dan akar yang kuat. Meski tubuhnya dipenuhi dengan duri, tapi duri itulah yang mampu membawanya bertahan lebih lama. Akar itu yang membuatnya menjadi kokoh, tak bisa dikalahkan, kecuali kematian yang akan ia hadapi. ia malu untuk di sentuh atau menyentuh hati orang lain, meski bunga yang ada pada dirinya sangat disukai orang lain. ada hadits tentang malu kan Ra? Apa coba?”

“Malu itu sebagian dari iman...” ia menjawab dengan suara lirih
“yapp benar... pinter ya Rara...” pemuda itu tersenyum sambil mengusap kepala gadis kecil itu. “sekarang Rara implementasikan ya... Alhamdulillah jikalau Rara hari ini menangis karena malu, malu tidak bisa menjaga interaksi itu, malu karena Rara telah membuatnya jatuh cinta. Rara pernah dengar hadits ini? Bahwa Utsman bin Affan pernah mengatakan, salah satu ciri orang yang bijaksana itu ~hatinya selalu berniat suci dan kedua matanya senantiasa menangis karena penyesalan terhadap dosa~ semoga tangis Rara saat ini termasuk bagian penyesalan terhadap apa yang telah Rara perbuat...”

“Aamiin... terimakasih kak Redho.. Rara sekarang sudah menemukan jawabannya, Rara takut cerita sama Papa dan Mama, jadi Rara cerita sama kakak...” ia mengangkat wajahnya dan ternyum kepada kakaknya.
“Tidak mengapa adik ku sayang... semoga percakapan kita sore ini bermanfaat untuk kita. mentari di pelupuk mata sudah hampir tenggelam Ra... Mari kita pulang...” pemuda yang awalnya duduk kemudian beranjak berdiri sambil menjulurkan tangannya kepada gadis kecil itu.
Ketika kedua-duanya telah beranjak pergi meninggalkan tempat duduk itu, kakaknya bertanya dengan suara lirih  “jadi apa yang bisa di ambil dari percakapan kita hari ini, Ra?”
“intinya, kita jangan terlena dengan interaksi. Kita harus menjaganya, seperti puteri malu yang menjaga dirinya... ” ia mengakhirinya dengan senyum.

“Semoga engkau menjadi akhwat yang tangguh, sayang... yang bisa menjaga diri dari fitnah, begitu pun denganku” suara hati pemuda itu berkata sambil menatap keceriaan adiknya.


No comments: