**
Gelap berganti terang sudah hampir
nampak di pelupuk mata.. dan tak heran jika pagi-pagi itu selalu diteriakkan
dengan lantunan-lantunan suara yang merdu, hingga membangunkan seluruh penjuru
rumah yang bercahaya itu. Dan di sela-sela teriakan yang merdu, masih nampak
seorang gadis kecil berambut lebat yang tengah berbaring di atas kasur tinggi, sekujur
tubuhnya ditutup dengan sehelai kain penghangat... hingga akhirnya... Kreekkkk...
pintu yang berukuran 2x3 itu pun terbuka, dan dibalik pintu itu tengah berdiri pemuda yang
gagah, kemudian melangkahkan kakinya
menuju tempat tidur gadis kecil itu, sambil membuka jendela, lalu duduk di
sampingnya seraya berkata “Sayang, bangun... sudah jam 05.00, mataharinya pun
sudah mau menelan bumi, coba buka matanya, satu saja...” (gadis itu pun membuka mata kirinya sambil melihat jam yang di pegang
pemuda itu) tanpa basa-basi, ia langsung
bergejolak dari tempat tidurnya dan hampir saja ia tersungkur...
“hati-hati sayang.. ” ujar pemuda
itu. “kenapa papa tidak membangunkan Rara dari tadi. Rara kan belum shalat pa...” ujar si gadis kecil itu
yang masih berselimut pakaian tidur dan raut muka yang kusam. Melihat muka anaknya yang
tergesa-gesa, ayah dua anak itu hanya tertawa simpul, bagaimana tidak.. sudah
dari tadi ayahnya membangunkan, tapi ia tak kunjung beranjak dari tempat
tidurnya.
Sambil tertawa kecil, ayahnya
berucap “kalau dibangunin langsung bangun, jangan hanya menjawab -iya- tapi tak
kunjung bangun...sudah sana, cepat. Keburu mataharinya naik diatas kepalamu”. Tak
banyak komentar, gadis kecil yang berumur 9 tahun itu langsung membersihkan giginya
lalu mengambil air wudhu dan shalat.
Setelah selesai, ia segera melipat
mukenahnya. Karena makanan yang di masak ibunya telah menggodanya sejak ia
beranjak dari tempat tidur, maka ia langsung berlari menuju makanan yang disediakan ibunya... karena kalau bukan
hari libur, ia harus membersihkan tubuhnya terlebih dahulu, baru ia bisa
menyantap makanannya.
“sudah shalat Ra??? ” kali ini
yang angkat bicara ibunya, bukan ayahnya yang selalu bertugas membangunkannya. Dengan
muka yang sedikit cemberut gara-gara ia telat dibangunkan, ia menjawab
pertanyaan ibunya “sudah ma... tapi ma, papa tadi bangunin Rara jam 05.00. hampir
saja Rara tersungkur gara-gara lihat jamnya” ayah yang sudah duduk di meja
makan tertawa mendngarkan pengaduan anaknya, begitu juga dengan ibu dan kakaknya.
“Rara itu sudah dibangunkan sejak jam 04.30, tapi rara belum bangun-bangun,
jangankan bangun, memberikan sinyal bangun pun tidak”. kali ini bukan ibunya
yang menjawab tapi kakaknya yang berusia 18 tahun. Ia langsung duduk sambil mengucek matanya yang masih menyipit, dan
bertanya kepada ibunya “mama pagi ini masak apa ma?”. Karena tak sabar menanti jawaban ibunya, ia langsung melihat
isi piring yang sudah memanggil perutnya dan ingin bersegera menyantapnya “asikkkk...
mama masak kesukaan Rara.., nasi goreng dan telor mata sapi. Nyam... nyam...
nyam” melihat tingkah laku gadis kecil itu, orang-orang yang berada disana pun tertawa.
Bagaimana tidak... mata yang sejak tadi masih menyipit, jadi melotot gara-gara
masakan.
Setelah beberapa menit, akhirnya
tandas juga makanan di meja itu. “Ra, kau tidak ingin meminum susunya??” dengan
senyum kakaknya bicara menatap adiknya “enak saja.. mama kan bikinin untuk
Rara, bukan untuk kak Redho. Kalau kakak mau, bikin sendiri dong....”. Kembali orang-orang
di meja tertawa melihat muka masam gadis kecil itu. Setelah lenggang, gadis
kecil itu angkat bicara “kak, Rara nanti temenin beli buku ya, ada tugas dari
pak guru...” dengan spontan kakanya menjawab “gak mau, kalau Rara ada tugas,
beli sendiri dong...” Redo mengembalikan kata-kata adiknya dan disusul dengan
tertawa kecil di sekitar meja makan, sambil tertawa ibunya berlirih “sudah,
sudah.. kalian ini.. pagi-pagi sudah ada-ada saja yang di ributkan”.
-to be continue-
No comments:
Post a Comment