"Aku rela Allah sebagai Rabbku
Islam sebagai
agamaku, dan
Muhammad sebagai Rasulku"
Tak terasa umurku telah berlalu dan tak terasa banyak jatah amalan yang telah aku lalaikan di masa lalu. Tepatnya pada tanggal 22 Desember, aku di lahirkan di dunia dengan lantunan adzan yang dikumandangkan seorang lelaki yang bijak dan denganku tangisan yang memporak porandakan ketegangan menjadi sebuah kesenangan. Namun, tanda menangis itu bukankah bahwasannya kita menyesal dilahirkan di dunia ini? Karena amanah yang kita emban begitu berat. :)
Sejatinya... bukan pada sub
amanah yang ingin di perjelaskan disini, namun pada sub ukhuwah. ^^
Love story, lets go... :D
Tepatnya pada usia ku yang ke 20
tahun (22 Desember 2014), bertambahlah umurku di dunia, namun berkuranglah
umurku menuju akhirat, dan saat itu pula... tak heran jika banyak sohib yang
mendoakanku. Lagi, lagi,... aku harus mengevaluasi seberapa besar umurku
digunakan untuk menuju Rabb-ku, seberapa besar amalan-amalanku untuk
menghantarkanku ke surga-Nya. Namun.. dibalik pengevaluasian umurku ada juga yang
memberiku semangat untuk terus istiqomah di jalan ini. Istiqomah di jalan
dakwah. Semangat itu ada yang datang dari doa, ada yang datang dengan
buku-bukunya, dan ada yang datang dengan kata-katanya. Misalnya adikku yang
sholihah, yang memberikanku Tafsir Ibnu Katsir (juz 1-2), yang dimana ini
adalah suatu amanah yang berat. Namun... ini sebagai bentuk, bahwasanya aku
harus memahami qur’an secara utuh. Tak banyak kata yang di lontarkan adikku
dalam sepucuk suratnya, ada hal yang harus aku garis bawahi --- buku ini harus selesai saat usiamu beranjak
21 tahun----. Dalam hati terlontar, ---bagaimana
bisa? Buku setebal ini diselesaikan dalam 1 tahun---. Dan... ternyata.
Sekarang pun belum aku selesaikan. :D maafkan.